PUISI ARIEF SANTOSO: DENDANG NESTAPA
"Pria kelahiran Pekalongan, 19 Oktober 1997. Seorang mahasiswa dan penulis artikel dan puisi, karya terbarunya yang segera diterbitkan adalah kumpulan puisi berjudul Zatonięcie Wierszy."
--
--
Sunyi dan Dingin oleh Bekumu
Lagu dimulai,
malam pun kututup rapat
bersama satu sloki wiski
menemaniku dengan hangat
menggantikan pelukmu, candu dan pelikku
Kau sama sekali tak mengerti,
karena aku pun tak tahu tentang arti
Kau sama sekali berduka
Ketika pusara menjemput suara
Kau sama sekali tahu
Tatap mata yang tajam di bawah rembulan,
sedang apa dia di sana, ketika kau menghamburkan belati yang kaurangkai manis
Kau tahu, kekasih
Terjatuh, tenggelam dan tak sanggup berdiri adalah orang yang kauanggap benalu
meski bulu-bulu emas menggerayangi tubuh indahmu
agar tak tergores atau tergurat oleh waktu dan kaki laba-laba
Kau harusnya tahu,
semua ini adalah akhir
Lagu pun dimulai,
rombongan pun datang
kau berdiri sendu saat pusara memanggil,
pulanglah, bawa sendu dan tangismu
simpan rapat dalam petimu sendiri.
Jakarta, 15 Maret 2020
--
Pertandingan yang Mengangkan, Pertikaian yang Kelabu dan Menyeramkan
Malam itu, teringat kata-kata ranting kepada akar,
reruntuhan itu kembali terngiang, sepucuk bunga yang gugur hingga datang wewangian yang tak tahu darimana,
sebatang rokok menyurutkan debar di heningnya cakrawala
sampai akhirnya tirai gelap ditutup
"Dendangkan saja nada itu, dendangkan saja elegi itu, kasih."
"Ratapilah cerah dan senja itu, kembalikan suratan yang terkubur di palung kenistaan."
Tertutup sudah,
tempat persemaian bintang akhirnya memerah
Merekah, dan tak sanggup dibendung oleh ranting dan akar yang sedang bernyanyi
ketika mereka mengheningkan napasnya yang terengah-engah
Lalu, surya menatap mereka dengan sinis,
"Untuk apa kau mendamba lagu? Untuk apa membisu di antara bebatuan yang membiru? Tiada harapan."
"Akarku lebih setia, cahayamu memaki di balik indah. Sangat menarik para pencari buta."
"Heningkan saja semuanya itu, sampai keniscayaan yang tersurat menghempas reruntuhan itu."
Tertusuk sudah,
gerilya dimulai, dan semuanya tertutup.
Poznan, 14 Maret 2020
--
Elegi Ruang Hampa
-untuk Kirana
1/
Gorden tertarik oleh senja
Tertutup, tersipu malu
menyelinap di balik gagahnya kaca jendela itu
Indahnya semu,
disunyikannya nyala di ujung kata
yang bersembunyi bersama senja itu.
2/
Dua ranting memandang,
guratannya tampak jelas menghangatkan
namun haru bersembunyi
Tatapnya sang hijau
ditumpaskannya dahan berbuah kecil
adalah mesra mekarnya rerumputan yang bersendu sedan.
3/
Cangkir pun menyayangkan,
surya yang setia, semenjana gerimis berpuisi
membaluti guratan yang bermekaran di ujung ranting
Adalah air-air yang mengering
dihempas oleh sela-sela jendela yang berkala
dan tak sanggup lagi melangkah serta bersua dengan tenang dan damai.
Sukabumi, 16 Maret 2020
--
Serba-Serbi Benang
Benang merah,
tanggalkan aku dalam kehampaan
sisakan aku untuk persemaian di bulan ini
aku harap kau mengerti
Benang putih,
tanda jasa penyolek malam
anggun tak nampak di wajahmu,
namun terbesit di jari-jarimu
Benang biru,
bungkuslah aku dengan sloki
dengan basuhan nyala yang murni
tubuhku kau hempas dengan nurani, abadi
Benang hitam,
kiranya kau tak lupa
mendamba bulan tetap mencinta
semakin tumbuh aku dalam kain yang kau anggap wangi
dan teduhkan aku di udara.
"Pada benang-benang yang memeluk raga kita, tak seharusnya kau salahkan. Pada benih-benih yang kita tanam, akulah yang patut kau tenggelamkan dalam rasamu."
Sukabumi, 14 April 2020
Komentar
Posting Komentar