SERBA-SERBI LITERASI #2: APA HUBUNGANNYA DENGAN BELAJAR DAN ILMU?



- Jika proses belajar didasari oleh rasa ingin tahu, kemudian manusia mengejar bagaimana supaya ia tahu.
- Terdapat pemahaman soal belajar dalam arti yang luwes, yaitu mencari tahu apa yang dibutuhkan dan mengalirkannya menjadi sikap yang apik dan rapi.
- Pada dasarnya, literasi disebut sebagai kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki dan teroptimalkan oleh seseorang.


Sejengkal Rerasan

Rasa ingin tahu mengenai manusia dan pengetahuan muncul dalam pembicaraan tentang mengapa manusia belajar dan adanya anjuran mempelajari sesuatu (menuntut ilmu). Dalam hal ini, terdapat pendekatan keilmuan antropologi, psikologi, kemudian ajaran-ajaran dalam budaya dan agama yang membentuk pernyataan tentang pengetahuan, sehingga muncul how and what-nya dalam memperlebar perspektif untuk mengetahui apakah proses belajar adalah alamiah manusia akan curiosity atau bagaimana proses belajar manusia yang didasari oleh kesadaran kekosongan diri.

Jika proses belajar didasari oleh rasa ingin tahu, kemudian manusia mengejar bagaimana supaya ia tahu, dalam persepsi pribadi hal tersebut adalah kebiasaan disebabkan oleh lingkungan yang menjadi faktor dominan agar manusia mengetahui apa yang ada di lingkungannya, seperti seseorang mengetahui adanya sekumpulan orang, deretan rumah, hamparan sawah, ladang dan perkebunan, serta berbagai elemen kehidupan yang ada secara pribadi merupakan sikap kebiasaan yang telah ada.


Source: Liputan GNFI


Manusia memiliki banyak pertanyaan dan keraguan di dalam hati dan pikirannya, sebab itulah disebut sebagai ‘manusia yang belum selesai’ -- Disebutkan bahwa di dalam insting manusia terdapat kemampuan potensial dalam menumbuhkan atau menciptakan pengetahuan yang dapat disebut sebagai ilmu. Secara dasar, memang kemampuan yang dimiliki cenderung dekat dengan curiosity dan penangkapan panca indera, sehingga dijadikan dorongan untuk mencari tahu bahkan mendalami sesuatu menuju kebenaran hakiki dalam perspektif pribadi -- atau dapat dikatakan sebagai makhluk proses. Pada dasarnya, hakikat makhluk berproses artinya membutuhkan aktivitas tumbuh agar berbagai kegamangan dan keraguan yang ada akan terjawab bahkan terdapat dialektika-dialektika konstruktif untuk pertumbuhan manusia itu sendiri, baik secara jasadiyah, ruhaniyah dan batiniyah.


Ngawruhi Kata (simpel dulu)

Membicarakan kata “belajar” ini dapat dipahami sebagai proses alamiah melalui sifat rasa ingin tahu manusia yang cenderung mencari model pemahaman yang akurat untuk dianut. Mengambil pemahaman dari Mas Sabrang MDP, bahwa proses belajar manusia cenderung manipulatif, bahkan dapat dikatakan mayoritas seiring kemajuan fasilitas yang tampak. Proses belajar seperti inilah yang semestinya dikaji ulang agar mendapat esensi dari prosesnya, misalnya dengan mendalami apa yang dibutuhkan, apa yang dapat dimanfaatkan dan apa yang dapat ditebar setelah melewati proses belajar.



Belajar disini juga dapat ditelaah melalui kata study and learn, atau dengan pendekatan bahasa Arab melalui dimensi proses pendidikan yang cukup popular, yaitu ta’lim, tadris, ta’rif, ta’dib. Meski demikian, belajar sendiri menjadi kata yang dapat berdiri sendiri apabila dipahami sebagai proses natural yang dapat menemukan ruang gerak yang bebas serta memiliki fleksibilitas yang luas dan terdapat rasa ingin membangun, mendalami, transformatif sampai perwujudan produk.

Terdapat pemahaman soal belajar dalam arti yang luwes, yaitu mencari tahu apa yang dibutuhkan dan mengalirkannya menjadi sikap yang apik dan rapi. Biasanya ini ditemukan pada konsep filsafat, tetapi dapat dijadikan tumpuan dalam menentukan apakah seseorang mempelajari suatu ilmu hanya untuk mengetahui atau sebagai problem solving tools. Sehingga, hal ini menjadi sorotan terkini untuk menentukan bahwa proses belajar perlu ditentukan terlebih dahulu pada niat awal, mau cari tahu, mendalami pengetahuan atau menggali tanggungjawab sebagai seorang pelajar.

Penafsiran tentang belajar dapat disifati sebagai sikap alamiah, sikap memenuhi curiosity dan sebagai aktivitas menuju kesejatian manusia akan suwung dalam konteks Jawa. Sikap alamiah yang dipahami sahabat kolektif, bahwa manusia memiliki panca Indera yang mendukung terserapnya informasi untuk dikelola, sehingga aktivitas manajemen informasi melalui otak yang terkolaborasi dengan nurani dan jiwa akan memunculkan ide, gagasan, sikap etis dan pemahaman yang telah tertransformasi.

Kemudian, dewasa ini banyak gerakan literasi yang digagas oleh kawula muda dan pemerintah sekalipun. Mengenai literasi disini, pribadi bersama teman-teman memahami bahwa pengetahuan mengenai tata kelola diri dan mengenali potensi, kemampuan, bakat di dalam diri seseorang merupakan bagian inti dari aktivitas literasi. Pada dasarnya, literasi disebut sebagai kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki dan teroptimalkan oleh seseorang, maka dari itu orang literat atau terliterasi biasanya disebut dengan orang yang telah memahami satu hal atau lebih dan dilaksanakan secara sistematis.


Menyabuk dan Menyurat Intisari

Hingga akhirnya, pemahaman literasi dan belajar memiliki hubungan erat, yakni terletak pada melatih kemampuan dasar dan mentransformasikan pengetahuan yang didapat menjadi aktivitas nyata. Inilah yang sering disalahpahami bahwa literasi dan belajar merupakan dualitas berbeda, padahal jika ditelisik lebih dalam arah dan tujuannya adalah membangun sikap intelektual dan moralitas agar menjadikan manusia bermanfaat dan memiliki kemampuan dasar yang apik. Dari sinilah ketiga unsur tersebut menjadi penting bagi manusia, khususnya dalam memahami kehidupan dan dinamikanya yang selalu menarik untuk dibincangkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBA-SERBI LITERASI #1: MEMAHAMI LITERASI

PUISI NUGRAHA JS: BENIH ASMARA SAAT PENCARIAN